Restartid.com – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk membuka peluang kerja sama dengan Starlink, perusahaan penyedia internet berbasis satelit milik Elon Musk, untuk menghadirkan layanan Direct to Cell (D2C) di Indonesia. Langkah ini dinilai sebagai solusi untuk memperluas jangkauan internet, terutama di wilayah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar (3T) yang selama ini menghadapi keterbatasan infrastruktur telekomunikasi.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, dalam acara buka puasa bersama jajaran direksi Telkom dan pimpinan redaksi media massa di Jakarta, pada 7 Maret 2025.
Solusi Jaringan di Wilayah 3T
Menurut Ririek, kebutuhan akses data dan internet di Indonesia terus meningkat pesat. Namun, keterbatasan cakupan operator seluler, terutama di daerah dengan kondisi geografis yang menantang, masih menjadi kendala utama.
“Kebutuhan data dan internet kini semakin tinggi di masyarakat Indonesia, tetapi cakupan jaringan seluler masih terbatas, terutama di daerah 3T yang memerlukan investasi besar. Oleh karena itu, layanan D2C dari Starlink bisa menjadi opsi untuk menjangkau masyarakat di kawasan tersebut,” ujar Ririek.
Ia menambahkan bahwa tantangan utama dalam pembangunan jaringan di Indonesia adalah biaya investasi (capex) dan operasional (opex) yang sangat tinggi. Wilayah dengan medan sulit dan jumlah pengguna terbatas sering kali dianggap tidak menguntungkan bagi operator telekomunikasi.
Dengan adanya layanan Direct to Cell, perangkat seluler dapat terhubung langsung ke jaringan satelit tanpa perlu infrastruktur tambahan seperti menara BTS. Hal ini memungkinkan akses internet tetap tersedia meskipun berada di wilayah terpencil.
Teknologi Direct to Cell: Inovasi Baru di Industri Telekomunikasi
Teknologi Direct to Cell (D2C) atau Direct to Device (D2D) merupakan inovasi terbaru yang memungkinkan perangkat sehari-hari—termasuk smartphone, kendaraan, hingga mesin industri—terhubung langsung ke jaringan satelit tanpa memerlukan perangkat keras tambahan.
Teknologi ini mengikuti standar seluler global 3GPP rilis 17, yang telah diadopsi oleh berbagai operator satelit, operator jaringan seluler, serta produsen handset dan chipset. Dengan demikian, layanan ini bisa menjadi solusi jangkauan internet yang lebih luas dan merata bagi masyarakat Indonesia.
Bukan Kerja Sama Pertama Telkom dan Starlink
Ketertarikan Telkom terhadap layanan D2C dari Starlink bukan tanpa alasan. Starlink merupakan pelopor dalam teknologi ini dan telah memiliki jaringan luas di berbagai negara.
Selain itu, kerja sama antara Telkom dan Starlink sebenarnya sudah terjalin sejak 2021 melalui anak usaha Telkom, Telkomsat. Pada 2022, Telkom juga mulai memanfaatkan layanan backhaul Starlink, menggunakan hak labuh yang telah diberikan pemerintah untuk menyediakan konektivitas satelit berkualitas bagi pelanggan di wilayah 3T.
Pada 15 Mei 2024, kerja sama antara Telkomsat dan Starlink semakin diperluas ke segmen enterprise, menawarkan layanan internet dengan harga kompetitif yang sebanding dengan paket yang tersedia di situs resmi Starlink.
Peluang Kolaborasi Lebih Luas
Dengan keunggulan Starlink dalam layanan Direct to Cell, Telkom melihat peluang besar untuk memperluas kerja sama ke depannya. Selain untuk mendukung konektivitas di daerah terpencil, kolaborasi ini juga bisa menjadi strategi dalam meningkatkan penetrasi internet di Indonesia secara keseluruhan.
Jika kerja sama ini terwujud, masyarakat di wilayah yang selama ini sulit mendapatkan akses internet berpeluang menikmati layanan berkualitas tanpa harus bergantung pada infrastruktur darat yang mahal dan sulit dibangun.
Hingga saat ini, pembahasan lebih lanjut terkait model bisnis dan implementasi teknis masih terus berlangsung antara kedua belah pihak. Namun, langkah ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia semakin terbuka terhadap inovasi teknologi untuk meningkatkan konektivitas nasional.